Wednesday, January 28, 2015

Ritual Ruwatan; Air Sebagai Sumber Kehidupan

Minggu 25 Januari 2015, Koalisi Aksi/2015, dalam hal ini diprakarsai oleh jaringan komunitas GUSDURian Magelang, bersama dengan ratusan warga Dusun Kagungan, Desa Tempak Kecamatan, Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang menggelar kirab budaya dan tradisi ruwatan di tiga sumber mata air. Tiga sumber mata air itu saling berdekatan. Namanya tuk atau mata air tumpang yang diapit oleh dua mata air, yaitu tuk lanang dan tuk wadon. Ritual turun temurun ini menjadi salah satu bentuk keharmonisan manusia dan alam.

Ritual dimulai dengan melakukan kirab budaya yang diikuti oleh ratusan warga yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Dalam prosesi ini, masyarakat membawa piranti sesaji seperti gunungan makanan (tumpeng) dan berbagai hasil bumi. Ada sembilan tumpeng yang diikut sertakan dalam kirab. Warga mengarak tumpeng dengan berjalan kaki 1,5 kilometer mengelilingi desa, kemudian menuju sumber mata air Tumpang.

Sesampai di sumber mata air, sesepuh desa, Mbah Prayitno, memasukan air ke dalam tiga buah kendi.  Setelah selesai prosesi, air tersebut kemudian diberikan ke masing-masing pimpinan RT di dusun itu. Rangkaian kegiatan diakhiri dengan makan bersama atau Kumbul Bujono di dekat sumber air itu. Setelah makan bersama, warga menggelar kesenian Jathilan dan pagelaran wayang kulit semalam suntuk.


Chabibullah, koordinator Jaringan GUSDURian Magelang yang juga menjadi salah satu penggagas acara tersebut mengatakan bahwa ritual tersebut merupakan tradisi adiluhung yang harus tetap dipertahankan, karena itu ia menggagas ide untuk mengkolaborasikan kampanye publik AKSI/2015 dengan tradisi Kirab dan Ruwatan. “Ini bentuk perwujudan harmonisasi antara alam dan masyarakat,” katanya. Menurutnya, sumber air tersebut menghidupi ribuan warga di berbagai desa. Air tidak pernah surut meski musim kemarau. “Ini tidak lepas karena konservasi yang dilakukan warga dengan tetap membiarkan pohon-pohon resapan air dan tidak memotongnya,” terangnya.

Selain mengkampanyekan tentang tanggung jawab Negara terhadap pemenuhan hak atas air  bagi rakyat dalam hal pemenuhan dan pengelolaan, kampanye tentang sistem pengelolaan air berbasis masyarakat dan kearifan lokal, Kirab Budaya tersebut juga diharapkan bisa mempublikasikan pola-pola pengelolaan air berbasis komunitas; kearifan dan prespektif lokal dalam pengelolaan dan penghargaan terhadap air maupun sumber mata air; serta memunculkan kesadaran di masyarakat maupun pemerintah tentang Air adalah Hak Asasi.