Wednesday, March 19, 2014

Anita Roddick, Sang Kuda Troya

If you think you’re too small to have an impact, try going to bed with a mosquito.”
Anda pengguna iPhone dan iPad, pasti mengenal siapa itu Steve jobs. Anda pengguna produk-produk brilian Microsoft, pasti mengenal siapa itu Bill Gates, dan anda yang menghabiskan waktu berjam-jam tiap harinya untuk berjejaring sosial pasti mengenal siapa itu Mark Zuckerberg. Tapi apakah anda, khususnya perempuan, yang setiap hari menikmati sensasi menggunakan produk kecantikan Body Shop, juga mengenal siapa itu Anita Roddick?
Anita Roddick adalah orang yang pertama kali mendirikan The Body Shop. Ia lahir 23 Oktober 1942 dengan nama asli Anita Lucia Perilli, di Littlehampton, sebuah kota kecil di negara Inggris. Kendati lahir di Inggris, Anita merupakan keturunan Italia. Ayah ibunya memutuskan merantau ke Inggris sesaaat sebelum Perang Dunia II berkecamuk.
Setelah menyelesaikan masa studi SMA-nya, Anita mendaftar sebagai salah satu mahasiswi di Bath Spa Univesity, dan akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang guru. Suatu hari, Ia mendapat kesempatan untuk belajar di Kibbutz, Israel. Dan beruntungnya dari profesi sebagai seorang guru, ia bisa bekerja sekaligus berpergian ke seluruh dunia. Kembali ke Inggris, ia menikah dengan Gordon Roddick pada tahun 1970. Mereka berdua memulai usaha restoran dan sebuah hotel di Littlehampton.
Anita Roddick membuka toko Body Shop pertamanya pada tahun 1976 di Brighton, Inggris. Memang saat itu ia terdesak kewajiban untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan kedua anaknya. Sementara suaminya harus meninggalkan mereka untuk mewujudkan obsesi pribadinya, melakukan perjalanan mengelilingi benua Amerika. Tanpa pernah belajar berbisnis dan miskin pengalaman, Anita memberanikan diri memulai usahanya tersebut.
Kegemarannya berpetualang ke banyak negara dan menyaksikan berbagai macam kebiasaan kaum perempuan dalam melakukan ritual merawat tubuhnya, telah memberikan inspirasi dalam mendirikan The Body Shop. Tahiti, Australia dan Afrika selatan pernah ia kunjungi, dimana ia banyak melihat berbagai kebiasaan khas perempuan di sana, kemudian memberinya ide menciptakan produk The Body Shop. Bermula dari hanya memiliki satu toko dengan mengeluarkan lima belas produk perawatan tubuh, kemudian berkembang menjadi 2.045 cabang dengan sekitar 300 produk yang telah dibuat, dan melayani 77 juta pelanggan di hampir seluruh dunia. Mencatatkan dirinya dalam sejarah sebagai salah satu pengusaha perempuan terkaya di Inggris.
Lalu pasti anda bertanya apa yang membuat dirinya begitu spesial? Selain seorang pengusaha, Anita Roddick juga adalah seorang aktivis kemanusiaan.
Pada tahun 1990, Anita Roddick mendirikan Children On The Edge (COTE), sebuah lembaga sosial yang mengurusi anak-anak yatim piatu. Roddick juga aktif dalam berbagai gerakan-gerakan sosial terkait isu hak asasi manusia dan masalah lingkungan. Setelah ia tidak lagi menjabat sebagai co-chairman The Body Shop, ia semakin sering terlibat dalam kampanye-kampanye kemanusiaan. Ia tidak ragu menyumbang 1,8 juta dollar US kepada Amnesty International, sebuah NGO yang gigih memperjuangkan penegakan HAM di seluruh dunia.
Pada September 2001, ia pernah bergabung dengan Greenpeace dan ratusan aktivis lingkungan lainnya, melakukan kampanye memprotes Exxon-Mobil, perusahaan minyak dan gas terbesar di Eropa yang secara langsung ikut andil dalam mempercepat proses pemanasan global di dunia.
Tidak heran jika sikap idealisnya ini menular ke seluruh karyawannya di The Body Shop. The Body Shop mengklaim bahwa merekalah perusahaan kosmetik pertama di Inggris yang menolak melakukan uji coba terhadap hewan dan mempraktekan sistem fair-trade dengan negara-negara berkembang, dengan tujuan menciptakan iklim usaha dan kondisi perekonomian yang lebih baik di negara tersebut.
Sebagai seorang pengusaha, ia percaya bahwa bisnis yang ia jalankan ini mampu memberikan sesuatu yang baik bagi banyak orang. Anita pernah mengatakan bahwa ia mendedikasikan bisnisnya, The Body Shop, sebagai upaya dirinya dalam membantu mewujudkan kesejahteraan sosial dan pelestarian lingkungan hidup. “We use our stores and our products to help communicate human rights and environmental issues,” tulisnya dalam sebuah artikel.
Rasa kepeduliannya yang tinggi membuat The Body Shop dikenal memiliki reputasi dalam memberikan dukungan dan perhatian terhadap permasalahan sosial yang ada. The Body Shop tumbuh sebagai perusahaan kosmetik yang mengajarkan etika dalam mengkonsumsi kepada setiap pelanggan yang membeli produknya. we reused everything, we refilled everything and we recycled all we could, dari prinsip inilah mereka menjadi sebuah korporasi yang mendunia.
Seorang Anita Roddick percaya, bahwa seorang entrepreneur yang sukses adalah orang yang siap untuk tenggelam dalam kesendirian, berjiwa petualang, dan “pembuat onar”. Sukses bagi dirinya merupakan hal yang sangat sederhana. Tinggal bagaimana kita sanggup memiliki pikiran yang terbuka, menempatkan diri kita dengan lingkungan yang juga terbuka, sehingga mampu menerima ide-ide gila yang kita cetuskan dan merealisasikannya untuk tujuan yang baik. 
 “Menjadi seorang entrepreneur harus memiliki rasa antusias yang besar terhadap apa yang diinginkannya. Menjadi seorang entrepreneur tidak pernah mengukur sebuah kesuksesan dari seberapa banyak kekayaan pribadi yang berhasil ia miliki. Hal itu tidak akan pernah terpikirkan oleh seorang entrepreneur sejati. Saya rasa, bagian terpenting yang harus dimiliki seseorang entrepreneur sejati adalah energi, dan energi tersebut mampu menciptakan rasa antusiasme yang begitu hebat, yang mampu meyakinkan bahwa hidupnya didedikasikan untuk memimpin dan melayani orang lain,” katanya.
Pada Maret 2006, Anita Roddick membuat keputusan yang cukup kontroversial, tepat setahun sebelum ia menghembuskan nafas terakhir karena penyakit otak yang menggerogotinya. Ia menjual seluruh kepemilikan saham The Body Shop kepada L’Oréal sebesar 652 juta poundsterling. Hal ini menimbulkan tanda tanya besar dan menyulut berbagai protes, karena perusahaan kosmetik asal Prancis itu terlibat dalam isu animal testing dan salah satu anak perusahaannya tidak mempraktekkan fair trade, jelas bertentangan dengan apa yang selama ini diperjuangkan oleh Anita Roddick.
Ketika diwawancarai oleh The Guardian mengenai alasan penjualan tersebut, Anita menjelaskan bahwa dengan menjual The Body Shop ke sebuah perusahaan besar, ia berharap akan mampu memberikan pengaruh positif terhadap berbagai keputusan yang akan dibuat oleh perusahaan tersebut. Dengan terjualnya The Body Shop, tidak lantas membuat Anita kehilangan pengaruh. Sedikit banyak ia masih diminta pertimbangan dan pandangannya terhadap setiap keputusan yang dibuat oleh L’Oréal.  Dia menganggap dirinya sebagai “Kuda Troya”. 
Memang perubahan yang baik itu tidak serta merta terjadi dalam waktu yang sekejap. Butuh effort yang disertai dengan komitmen dan konsistensi, seperti apa yang dilakukan oleh Anita Roddick. Bagi dirinya sekecil apapun diri anda di dunia ini, pasti bisa memiliki sebuah dampak yang besar bagi dunia ini jika anda benar-benar melakukannya dari hati, dan mampu menularkan ide-ide anda kepada orang lain. Dia sampai rela menjual apa yang ia rintis selama bertahun-tahun. Seperti Kuda Troya, ia menyusup ke daerah musuh, lalu “menghancurkannya” dari dalam. Anita pernah berkata seperti ini dalam sebuah wawancara, “If you think you’re too small to have an impact, try going to bed with a mosquito.”
(Artikel ini dimuat dalam rubrik Aikon majalah VOICE+ Vol 03 edisi Oktober 2012)

No comments:

Post a Comment